Telah kulihat
Dalam lunglai langkahmu
Kau bersimpuh mengadu
Berlutut berseru
Terjatuh mengaku

Telah kulihat juga
Perasan nadimu
Lilitan nafsumu
Dan nafasmu yang tak pernah putus

Kuingat kala itu,
Waktu bunda masih menyarung
Dan bapa asik bersenandung
Kau intip simpananmu
Menyimpan salinan wesel
Dan terbata-bata torehkan guratan ujarmu

Kala bunda mulai bersiap
Dan kulit bapa mulai menggurat
Langkahmu itu; yang tak pernah kulupa mantapnya
Mulai tinggalkan rantauan

Lantas di hari terakhirmu
Mungkin kala itu iblis datang menjamu
Menjelma dalam dua pilihan ; gambar atau angka

Kau jamah dengan khilaf bujuk rayunya
Lupa pengharapan di pundakmu
Lupa tanggungan di kampung halaman

Maka Tuhan Yang Maha Tak Pernah Lupa
Taruh kelam dalam lakumu

Tapi tetap tegaplah langkahmu
Angkat dagumu
Sibakkan malumu
Karena yang lain pun tak luput dari khilaf

Menengadah dan berserahlah
Akuilah
Berlutut dan tangkupkan telapakmu

Sebab Yang Maha Tak Pernah Lupa pun Maha Pengampun

Telah kulihat
Dalam lunglai langkahmu
Kau bersimpuh mengadu
Berlutut berseru
Terjatuh mengaku

Telah kulihat juga
Perasan nadimu
Lilitan nafsumu
Dan nafasmu yang tak pernah putus

Kuingat kala itu,
Waktu bunda masih menyarung
Dan bapa asik bersenandung
Kau intip simpananmu
Menyimpan salinan wesel
Dan terbata-bata torehkan guratan ujarmu

Kala bunda mulai bersiap
Dan kulit bapa mulai menggurat
Langkahmu itu; yang tak pernah kulupa mantapnya
Mulai tinggalkan rantauan

Lantas di hari terakhirmu
Mungkin kala itu iblis datang menjamu
Menjelma dalam dua pilihan ; gambar atau angka

Kau jamah dengan khilaf bujuk rayunya
Lupa pengharapan di pundakmu
Lupa tanggungan di kampung halaman

Maka Tuhan Yang Maha Tak Pernah Lupa
Taruh kelam dalam lakumu

Tapi tetap tegaplah langkahmu
Angkat dagumu
Sibakkan malumu
Karena yang lain pun tak luput dari khilaf

Menengadah dan berserahlah
Akuilah
Berlutut dan tangkupkan telapakmu

Sebab Yang Maha Tak Pernah Lupa pun Maha Pengampun